Kamis, 27 September 2007

# dilema vaksin ipd

Biasa sebelum bobo aku sama pane biasa ngobrol dulu, ngobrolin apa aja…curhat – curhatan, ngobrolin anak , gossip sampai politik, nah tadi malam lagi asyik ngobrolin APBN ( Anggaran Pendapatan dan Belanja Negaranya Pane )

eh si pane nyletuk ,kok lama ga posting di bloger sih?
“emm iya ne,beberapa hari ini bune sibuk …., ntar dech klo kerjaan beres.
Tadi pagi langsung dech aku hajar tu kerjaan, eeh skarang kelar…
so time to blogger….hajar blooggg…:)

Lagi bingung nih soal imunisasi si Za
Pertama tau soal ipd pas di JMC, disitu ada posternya gede maskotnya pinguin…
dari iklannya sih dach ngeri.Tapi waktu itu dsa-nya Za ga nyaranin buat imunisasi ipd jadi aku lupain gitu aja iklan tersebut…
Nah pagi - pagi sebelum brangkat aku buka – buka majalah Ayah Bunda disitu ada iklan ipd, kata – katanya sama dengan yang di JMC dan yang paling aku inget
Jangan biarkan senyum buah hati anda hilang dalam sekejap “..
Langsung dech siang aku search di google tentang vaksin ipd. Ternyata vaksin ini mang lagi banyak diomongin orang. Buktinya semua forum diskusi udach ngebahas hal ini, mulai dari Ayah Bunda, Hanya Wanita.com, Nakita, Balita Sehat, Kompas, Harian Pikiran Rakyat sampai blog – blog punya ibu – ibu yang peduli sama anaknya ramai membahas tentang vaksin ipd.

IPD (Invasive Pneumococcal Disease). merupakan sekelompok penyakit yang bisa menyerang siapa saja, karena bakteri tersebut hidup secara normal pada daerah hidung dan tenggorakan. Namun akan cepat menyerang ke dalam sirkulasi darah pada bayi dan terutama anak berusia di bawah dua tahun, karena sistem kekebalan mereka masih rendah.

Hingga saat ini, menurut data WHO, ada 1 juta balita meninggal setiap tahun akibat penyakit yang disebut Invasive Pneumoccoccal Disease (IPD). Penyakit ini cukup berbahaya dan tidak jarang menyebabkan kematian pada anak balita. Menurut dr. Sukman Tulus Putra, Sp.A.(K), FACC, FESC, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), orangtua hendaknya tetap waspada terhadap bahaya serangan penyakit IPD karena dapat mengancam nyawa, terutama pada anak di bawah usia 2 tahun.

Saat ini, dari sekitar 25 juta balita di Indonesia, sebagian besar berpotensi terkena serangan IPD. Oleh karena itu IDAI merasa perlu mensosialisasikan bahaya penyakit IPD kepada seluruh masyarakat meski kenyataannya kita masih bergelut dengan berbagai penyakit Infeksi lain seperti demam berdarah dengue dan polio.

IPD adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus (streptoccoccus pneumoniae). Bakteri tersebut secara cepat dapat masuk ke dalam sirkulasi darah dan merusak (invasif) serta dapat menyebabkan infeksi selaput otak (meningitis) yang biasa disebut radang otak.

Penelitian menunjukkan, sebagian besar bayi dan anak di bawah usia 2 tahun pernah menjadi pembawa (carrier) bakteri pneumokokus di dalam saluran pernapasan mereka. Oleh karena itu, bayi baru lahir hingga bocah usia 2 tahun berisiko tinggi terkena IPD.

Bakteri ini menyebar di udara (airborne disease) melalui cairan/lendir hidung dan tenggorokan saat seseorang bersin dan batuk. Saat bersin atau batuk, jutaan partikel air liur yang sangat kecil terlontar dengan kecepatan 100 meter per detik. Partikel tersebut umumnya berdiameter sekitar 10-100 mikrometer. Partikel ini akan segera berubah menjadi partikel yang lebih kecil lagi (droplet nuclei) berukuran 1-4 mikrometer dan berisi virus atau bakteri. Inilah yang menjadi sarana penularan yang sangat cepat. Itulah sebabnya interaksi antara anak dan manula yang mengidap penyakit ini terus menerus, serta antarbayi dan anak di tempat-tempat umum, kendaraan umum, likungan tetangga, tempat penitipan anak (TPA) dan kelompok bermain (playgroup), merupakan lokasi potensial bagi penyebaran bakteri IPD ini.

Infeksi pneumokokus merupakan infeksi bakteri yang menyerang berbagai bagian tubuh.

* Jika bakteri pneumokokus masuk ke dalam aliran darah, dikenal sebagai pneumokokus bakteremia.
* Jika bagian otak tertentu yang terserang, dikenal sebagai meningitis (radang/infeksi selaput otak).
* Jika bakteri pneumokokus menyerang paru-paru, dikenal sebagai pneumonia atau radang/infeksi paru.
* Jika telinga yang terinfeksi, dikenal sebagai otitis media akut.

Apabila terjadi bakteremia, akan muncul gangguan berbagai organ tubuh (disebut sepsis) yang akhirnya berujung pada kegagalan fungsi organ (multiorgan failure). Selain itu, pneumokokus juga bisa menyebabkan penyakit lokal yang bersifat non-invasif, seperti infeksi telinga tengah, radang paru dan sinusitis.

Yang paling fatal bila bakteri pneumokokus menyerang otak. Pada kasus-kasus meningitis seperti ini, kematian akan menyerang 17% penderita hanya dalam kurun waktu 48 jam setelah terserang. Kalaupun dinyatakan sembuh umumnya meninggalkan kecacatan permanen, semisal gangguan pendengaran dan gangguan saraf yang selanjutnya memunculkan gangguan motorik, kejang tanpa demam, keterbelakangan mental dan kelumpuhan.
Di Indonesia, saat ini pneumokokus menjadi salah satu dari dua penyebab utama meningitis bakteri anak-anak. Meskipun penyakit pneumokokus memuncak pada anak usia 12 bulan, kasus meningitis mungkin mulai terjadi dari usia 2 bulan.

Infeksi yang disebabkan pneumokokus adalah penyebab angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi pada anak-anak di seluruh dunia. Berdasarkan data epidemologis, infeksi pneumokokal menyebabkan lebih dari 1 juta kematian anak-anak terutama di negara berkembang.

Gejalanya Mirip Demam

Gejala IPD yang umum diantaranya napas cepat sesak, nyeri dada, menggigil disertai batuk dan demam dengan masa inkubasinya 1-3 hari. Namun gejala yang lebih spesifik bisa ditemui tergantung pada bagian tubuh mana yang diserang.

Otitis media yang berakibat infeksi pada telinga tengah, contohnya, juga memunculkan gejala lain seperti nyeri telinga, demam, rewel, dan gangguan pendengaran yang bersifat sementara. Infeksi telinga tengah cenderung terjadi berulang pada masa bayi dan kanak-kanak. Kalau sudah begini sangat mungkin si anak akan mengalami gangguan pendengaran yang bersifat menetap dan mengalami keterlambatan bicara.

Sayangnya, gejala bakteremia pada bayi kadang sulit diketahui karena awalnya serupa dengan infeksi virus biasa seperti bayi menderita demam tinggi dan terus-menerus rewel, diikuti atau tanpa infeksi saluran pernapasan. Sementara meningitis menunjukkan gejala seperti demam tinggi, nyeri kepala hebat, mual, muntah, diare, leher kaku, dan takut pada cahaya (photophobia). Selain itu bayi juga tampak rewel, lemah dan lesu (letargik), menolak makan dan pada pemeriksaan teraba ubun-ubunnya menonjol, dapat terjadi penurunan kesadaran dan kejang.

Dari ketiga bakteri yang biasa menyebabkan meningitis (Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae type B, dan Neisseria meningitis), Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri yang seringkali menyerang anak di bawah 2 tahun. Meningitis karena bakteri pneumokokus ini dapat menyebabkan kematian hanya dalam waktu 48 jam. Bila sembuh pun sering kali meninggalkan kecacatan permanen.

Pada dasarnya IPD dapat diobati dengan antiobiotik. Akan tetapi pengobatan IPD jadi semakin sulit dengan meningkatnya resistensi bakteri pneumokokus terhadap beberapa jenis antiobiotik, misalnya penisilin. Lagi pula penggunaan antibiotik untuk infeksi telinga dapat mengurangi efektivitas antibiotik itu sendiri selain meningkatkan jumlah carrier terhadap organisma yang resisten di dalam saluran pernapasan.

Itulah sebabnya, pencegahan lebih diperlukan daripada pengobatan. Vaksinasi dipercaya sebagai langkah protektif terbaik mengingat saat ini resistensi kuman pneumokokus terhadap antibiotik semakin meningkat. Karena anak-anak di bawah usia 1 tahun memiliki risiko paling tinggi menderita IPD, maka amat dianjurkan agar pemberian imunisasi dilakukan sedini mungkin. Untungnya, saat ini sudah ditemukan vaksin pneumokokus bagi bayi dan anak di bawah 2 tahun.

Vaksin IPD PCV-7 merupakan vaksin kombinasi yang merupakan gabungan beberapa antigen tunggal menjadi satu jenis produk antigen untuk mencegah penyakit yang berbeda serta diberikan dalam satu suntikan (7 in one).
Emmm ngeri banget kan bahaya pneumokokus itu….
Lansung dech aku forward semua link ke pane, terus nyuruh pane ke HRD buat nanyain sisa uang obat tinggal berapa ? soalnya beberapa kali dipake Za imunisasi Hib, skali suntik ceplus 500 ribu di combinasi ma imunisasi wajib 600 dech skali ke dokter. Takutnya dach tinggal dikit padahal buat imunisasi ipd kan skali ceplus bisa 1 juta…

Oh iya uang obatku kan masih sisa lumayan banyak cos setiap ke dokter aku pake jatah dari kantor pane.Klo gitu imunisasi ipdnya pake jatah dari kantor bune…tuing – tuing lega dech

Malamnya langsung dech ngrayu pane buat ke JMC, tapi pane ga setuju katanya kasian Za soalnya minggu kemarin kan baru di imunisasi masak imunisasi tiap minggu …bisa – bisa anaknya trauma dibawa ke JMC di suntikin terus.
Iya juga sih, lagian ka ada efek panasnya….terus gimana dong, klo ga cepet – cepet terus tiba – tiba si Za kenapa – napa bukannya aku yang tambah nyesel 7 turunan.
Akhirnya melalui diskusi panjang…
*maklum sama – sama ortu baru sama – sama pingin kasih yang terbaik buat Za, imunisasipun jadi diskusi panjang,….hehe peace pa
Kami setuju untuk konsultasi dulu ke dsa-nya Za boleh ga klo minggu kemarin imunisasi Hib ma polio minggu depannya imunisasi ipd. Klo mang boleh ya minggu depan Za diimunisasi ipd
Emm beberapa hari ini si Za ceria banget ….ketawa – ketawa, klo tiba – tiba diimunisasi terus panas trs rewel kasian banget, tapi klo ga imunisasi bahayanya kay gitu bisa menyebabkan kematian dalam 48 jam alias 2 hari. Gmn dong ?????
Dilema hatiku …
ya Allah semoga aku bisa memilih jalan yang terbaik buat Za…
mama sama papa sayang banget ma Za :)



1 komentar:

shelila mengatakan...

Nok, endi photone :|